Minggu, 22 April 2012

learn more about obesity

Malnutrisi terdiri dari kekurangan gizi dan kelebihan gizi (obesitas). kondisi malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang  cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh  ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk  mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit  ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi  dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan  metabolik (Oxford  medical dictionary, 2007).  


         Menurut Ganong WF (2003) Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak. 

    Overweight dan Obesitas adalah suatu kondisi kronik yang sangat erat hubungannya dengan peningkatan resiko sejumlah penyakit Degeneratif. Penyakit Degeneratif adalah suatu kondisi penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel-sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk dan berlangsung secara kronis.
obesitas dan evolusi manusia
     Sebuah data dari NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey, US) tahun 1994 memperlihatkan bahwa dua per tiga pasien Overweight dan Obesitas dewasa mengidap paling sedikit satu dari penyakit kronis tersebut dan sebanyak 27 % dari mereka mengidap dua atau lebih penyakit.





Gizi lebih atau obesitas  terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas.

Peningkatan berat badan berlebihan

Faktor Penyebab obesitas 
Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti, baik faktor lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas. terdiri dari :
1. Faktor lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas. Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara dramatis pada setiap kelompok status sosial ekonomi (Zhang, 2004).
obesitas dipengaruhi juga oleh faktor genetik

2. Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam. Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh.



Alat ukur Obesitas :

Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta perbandingan lingkar pinggang dan panggul. Sebuah studi menyatakan bahwa pengukuran lingkar leher juga dapat digunakan sebagai screening obesitas. Berikut ini penjelasan masing-masing metode pengukuran antropometri tubuh:

   1.    Indeks Massa Tubuh (IMT)
Overweight dan Obesitas merupakan suatu akumulasi lemak berlebih di dalam tubuh yang dapat mengganggu kesehatan secara keseluruhan. Overweight dan Obesitas terjadi disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Metoda paling praktis dan sederhana dalam menentukan tingkat Overweight dan Obesitas pada seseorang adalah Indeks Massa Tubuh (IMT)/Body Mass Index. IMT diperoleh dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai IMT yang didapat tidak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Klasifikasi IMT menurut World Health Organization (WHO) tahun 1998 mendefinisikan Overweight apabila diperoleh IMT ≥ 25 dan Obesitas apabila IMT ≥ 30. IMT ini bermanfaat dalam menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena resiko penyakit-penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya.

2. Lingkar Pinggang

pengukuran Lingkar pinggang 
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang. Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis (Alberti, 2005). Parameter lingkar pinggang untuk Pria >90 cm dan Wanita >80 cm.


Tipe obesitas

android obesity dan gynoid obesty
Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity). Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak tubuh di trunkal
Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada trunkal, yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah. Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita (David, 2004).

Strategi Pencegahan Overweight dan Obesitas


Overweight dan Obesitas merupakan suatu kondisi dengan penyebab multifaktor, oleh karena itu penanganan yang tepat hendaknya mempertimbangkan pendekatan secara multi disiplin. Pencegahan Overweight dan Obesitas terdiri dari tiga tahapan yaitu Pencegahan primer, sekunder dan tertier. Pencegahan Primer adalah dengan pendekatan komunitas untuk mempromosikan cara hidup sehat. Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja dan pusat kesehatan masyarakat. Pencegahan sekunder bertujuan untuk menurunkan prevalensi Obesitas sedangkan pencegahan tertier bertujuan untuk mengurangi Obesitas dan komplikasi penyakit yang ditimbulkannya.

Pada dasarnya prinsip dari pencegahan dan penatalaksanaan Overweight dan Obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan pola makan, peningkatan aktivitas fisik dan  modifikasi gaya hidup serta dukungan secara mental dan sosial.


Pengaturan nutrisi 
1.   Tujuan utama pengaturan nutrisi pada individu dengan overweight dan obesitas tidak hanya sekedar menurunkan berat badan, namun juga mempertahankan berat badan agar tetap stabil dan mencegah peningkatan kembali berat badan yang telah didapat. Konsumsilah sedikit lemak (30 % dari jumlah keseluruhan kalori yang dikonsumsi). Kurangi konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan lemak, perbanyak konsumsi serat. Upayakan tetap memilih makanan dan minuman secara berhati-hati agar tetap dapat mengontrol kalori, lemak, gula dan garam yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang dilakukan harus tetap dapat memenuhi kecukupan gizi. Ini berarti vitamin dan mineral harus terdapat dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.  Prinsip diet gizi lebih adalah mengusahakan konsumsi energi yang lebih rendah daripada keluaran ( mengurangi 500 kkal/hr), dengan mengurangi 500 kkal/hari dapat menurunkan 1/2 kg/ minggu serta Menerapkan prinsip gizi seimbang.
2. Perbanyak aktivitas fisik
       Olahraga dan aktivitas fisik memberi manfaat yang sangat besar dalam penatalaksanaan overweight dan obesitas. Olahraga akan memberikan serangkaian perubahan baik fisik maupun psikologis yang sangat bermanfaat dalam mengendalikan berat badan. Contoh yang paling jelas adalah sebagai berikut, jika kita melakukan aktivitas lari selama 1 jam penuh kegiatan ini akan membakar 600 kalori setara dengan kalori yang dihasilkan jika kita mengkonsumsi satu buah hamburger fast food. Olahraga yang dilakukan secara konsisten dan teratur tidak hanya dapat membakar kalori, namun juga mengurangi lemak, meningkatkan massa otot tubuh, dan memberi manfaat yang cukup baik secara psikologis.

3. Modifikasi pola hidup dan perilaku
               Perubahan pola hidup dan perilaku diperlukan untuk mengatur atau memodifikasi pola makan dan aktifitas fisik pada individu dengan overweight dan obese. Dengan demikian diharapkan upaya ini dapat mengatasi hambatan-hambatan terhadap kepatuhan individu pada pola makan sehat dan olahraga. Strategi yang dapat dilakukan adalah pengawasan sendiri terhadap berat badan, asupan makanan dan aktivitas fisik; mengontrol keinginan untuk makan (motivasi keluarga dan lingkungan seringkali diperlukan dalam hal ini); mengubah perilaku makan dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi; dan dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan.














1 komentar: